2023 Resesi Ekonomi Indonesia? Berikut 5 Langkah untuk Mengantisipasinya

 

Jika kamu sering mendengar bahasan mengenai resesi ekonomi Indonesia entah itu dari portal berita, sosial media, atau bahkan teman tongkrongan, hal itu bisa kita maklumi karena Indonesia diprediksi menjadi salah satu negara yang berpotensi mengalami resesi. Bloomberg yang merupakan perusahaan keuangan Amerika Serikat memprediksi 15 negara yang berpotensi mengalami resesi. 15 negara tersebut antara lain Sri Lanka, New Zealand, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Australia, Taiwan, Pakistan, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, India, dan Indonesia.

 

Pertanyaanya, benarkah akan terjadi resesi ekonomi Indonesia pada tahun 2023?

 

Jika kita merujuk pada data Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, terdapat beberapa indikator ekonomi yang bisa kita analisa. Indikator ekonominya meliputi inflasi, pertumbuhan ekonomi, transaksi penjualan, neraca pembayaran Indonesia, dan data ekspor impor. Kelima indikator tersebut menunjukan kinerja yang sangat baik. Namun, indikator nilai tukar menunjukan kinerja yang buruk karena nilainya terus melemah. Menteri Keuangan juga sudah mengingatkan kita untuk tetap waspada akan adanya resesi ekonomi tahun depan.

   

Apa sih yang dimaksud resesi?

 

Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita bahas terlebih dahulu arti dari resesi itu sendiri. Secara sederhana, resesi dapat diartikan sebagai suatu kondisi perekonomian suatu negara dalam keadaan buruk yang bisa kita lihat dari PDB atau Produk Domestik Bruto, tingkat pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut.

 

Faktor apa saja sih yang menyebabkan terjadinya resesi?

 

Resesi tentunya membawa dampak yang buruk bagi negara, pemerintah, pelaku usaha, bahkan ke masing-masing individu. Sebenarnya apa sih penyebab resesi ekonomi itu sendiri? Mari simak penyebab resesi ekonomi yang sudah Mimin rangkum berikut ini :

 

Guncangan Ekonomi

Jika kita kembali mengingat apa yang terjadi dua tahun lalu, pasti Syoobers ingat betul bagaimana menurunnya transaksi jual beli akibat pandemi Covid-19. Tepat! Covid-19 merupakan salah satu contoh guncangan ekonomi yang terjadi secara mendadak yang menyebabkan melemahnya daya beli akibat kesulitan finansial.

 

Inflasi

Ilustrasi Resesi Ekonomi

Sumber Gambar : Ajaib

 

Inflasi dapat diartikan sebagai naiknya harga barang maupun jasa dalam jangka waktu tertentu. Hal ini pasti mempengaruhi daya beli masyarakat  yang akhirnya membuat produsen memutuskan untuk mengurangi beban operasional. 

 

Deflasi

Berkebalikan dengan inflasi, deflasi dapat diartikan sebagai turunnya harga barang maupun jasa pada jangka waktu tertentu. Kondisi ini sebenarnya dapat meningkatkan daya beli masyarakat akan tetapi dapat merusak ekonomi jika terjadi secara berlebihan. Penurunan harga yang terjadi secara menerus menyebabkan masyarakat cenderung menunggu sampai harga terendah. Hal ini lah yang berbahaya karena dapat menurunkan produksi dan daya beli.

 

Kenaikan Suku Bunga

Grafik Suku Bunga Juli September 2022

Sumber Gambar : Databoks

 

Sebenarnya, menaikkan suku bunga merupakan langkah antisipasi yang dilakukan oleh bank sentral untuk melindungi nilai mata uang. Namun, hal tersebut juga membebani debitur dan dapat menyebabkan macetnya kredit.

 

Gelembung Aset Pecah

Fenomena ini biasa terjadi pada pasar saham dan properti. Investor-investor yang membeli banyak saham maupun properti dengan spekulasi harganya akan naik, ramai-ramai menjual asetnya. Kondisi ini dapat merusak kondisi ekonomi dan memicu resesi.

 

Kemajuan Teknologi

Revolusi industri memang tidak bisa dihindari. Walaupun memiliki banyak dampak positif, namun secara tidak langsung juga membawa dampak negatif bagi kondisi ekonomi. Misalnya pembuatan Artificial Intelligence (AI) yang dapat menggantikan peran pekerjaan manusia. Hal ini dapat memicu naiknya angka pengangguran. 

 

Langkah menghadapi resesi

Jadi, apa saja yang bisa kita siapkan untuk meminimalisir terjadinya ramalan resesi ekonomi tahun depan? Simak beberapa tips berikut yang sudah Syoobe rangkum dari berbagai sumber terpercaya dan bisa kamu lakukan untuk meminimalisir dampak dari adanya kemungkinan resesi ekonomi Indonesia :

Memastikan alokasi dana darurat minimal 20%

Pembagian pemasukan dana yang ideal

Sumber Gambar : Lashkar

Jika kamu menggunakan perencanaan keuangan 10-20-30-40,  maka pastikan 20% dari pemasukanmu dialokasikan untuk dana darurat. Dana darurat mencakup persiapan untuk masa depan seperti asuransi jiwa dan kesehatan, dana pendidikan anak, dana pensiun, dan lainnya. Pastikan untuk mengalokasikan dana darurat pada instrumen yang sifatnya mudah dicairkan. Dalam hal mengantisipasi terjadinya resesi, kamu bisa menambahkan besaran alokasinya, semakin besar alokasi kamu maka kamu akan semakin siap menghadapinya.

Mengurangi atau melunasi hutang

Jika kamu berada pada kondisi yang memungkinkan untuk segera melunasi hutang, maka segera lakukan. Misalnya kamu bisa menjual beberapa aset yang tidak produktif. Tapi jika dirasa berat, kamu bisa mengajukan restrukturisasi hutang dengan pihak terkait untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang tidak terduga. Apalagi jika kamu berencana mengajukan hutang untuk sesuatu yang konsumtif, lebih baik kamu menundanya.

Melihat kembali portofolio investasi

Kamu bisa mulai memantau dan menganalisis kondisi pasar global, apabila kondisinya relatif menurun kamu harus mempertimbangkan untuk mengalihkan investasimu ke dalam bentuk yang lebih aman seperti emas.

Jangan Panik!

Setelah kamu membaca faktor-faktor penyebab resesi ekonomi seharusnya kamu sadar akan pentingnya daya beli. Walaupun kita harus mengurangi kebutuhan konsumtif, tapi tetaplah jalani hidup dengan sewajarnya. Kurangi hanya kebutuhan yang hanya untuk kesenangan jangka pendek dan tidak mendukung hal yang produktif sama sekali. Dengan membeli produk lokal, kamu akan membantu UMKM menjaga produksinya dan merupakan salah satu hal yang dapat memicu naiknya pertumbuhan ekonomi.

Mencari penghasilan tambahan

Kalau kata Albert Einstein, “di tengah setiap krisis, terdapat peluang besar”. Kamu bisa memulainya dengan mencari peluang baru dari lingkungan sekitar dengan memecahkan permasalahan yang ada. Peluang ini bisa kamu jual dalam bentuk barang maupun jasa. Apalagi era teknologi mempermudah kamu untuk berjualan tanpa modal, lebih mudah, dan menjangkau pasar yang lebih luas disini. Penghasilan tambahan tentu sangat membantu kita dalam mengantisipasi terjadinya resesi ekonomi atau bahkan usaha kamu bisa menjadi besar dan menjadi tulang punggung utama keluarga.

Terlepas dari terjadi atau tidaknya ramalan Bloomberg, resesi merupakan salah satu dari siklus ekonomi yang pernah dan pasti akan terjadi lagi.Jadi, tetaplah berpikiran optimis, hidup dengan wajar, dan berjuang lebih keras. Resesi ekonomi hanya perlu ditakutkan oleh orang-orang pemalas. Kondisi sulit pasti akan terjadi, begitu juga sebaliknya dan siapa yang bisa bertahan pada kondisi sulit pasti bisa menjadi individu yang lebih kuat lagi kan?

 

Referensi : Otoritas Jasa Keuangan